Powered By Blogger
Powered By Blogger

Friday, May 4, 2012

Bubarkan Acara Liberal, Kapolsek Pasar Minggu Pantas Naik Pangkat



Sikapnya yang tegas, bahasanya yang lugas menunjukkan sosok yang cerdas. Pantaslah  mendapat apresiasi. Indonesia butuh sosok penegak hukum pemberani. Tanpa malu-malu membubarkan kampanye ilegal faham lisbianisme liberal berkedok agama.

“Iman, kebebasan and Cinta” adalah kalimat yang ambigu, bahkan membuat ‘mabok’ pembaca. Bagaimana bisa memaknai kata iman digabungkan dengan kata kebebasan untuk melakukan praktik cinta abnormal kaum lesbian yang diharamkan oleh agama manapun di muka bumi ini.

Wajar bila masyarakat, siapapun dan dari Ormas manapun, menolak kedatangan Irshad Manji, seorang aktivis feminisme asal Kanada (4/5/2012) Jum’at malam.

Pemikir yang sehat pasti merasa “mending” acara itu bubar. Bubar sebelum terjadi aksi anarkis. Andai saja dibiarkan berlanjut, siapa yang bisa menjamin acara akan berlangsung kondusif.

Sikap tegas penegak hukum yang beradab tidak boleh dikesampingkan. Dialah, Kapolsek Pasar Minggu, Kompol Adri Desas Priyanto, SH., Keberaniannya mengendalikan situasi agar tidak terjadi bentrok antara massa pemerotes dan Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Sikap itu sudah benar, karena Polisi bertugas mengayomi masyarakat. Jika ada warga negara asing (WNA) yang ingin meracuni masyarakat dengan faham-faham yang bertentangan dengan budaya negara setempat. Maka tugas polisi membubarkan acara tersebut. Bahkan bila perlu segera mengamanka orang tersebut dan mengirimnya kembali ke negara asalnya.

Meski, sebenarnya, pihak berwajib berwewenang membubarkan acara itu karena tidak mengantongi izin, tapi petugas satu ini lebih memilih untuk memberikan himbauan kepada peserta diskusi yang menghadirkan pembicara dari luar negeri yang kontroversial.

Saya yakin, meminta izin menyelenggarakan kegiatan massif sebesar apapun tidak perlu waktu lama. Karenanya, kenapa harus ilegal. Dan yang paling penting kenapa membawa virus liberal konservatif ke dalam negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim ini. Tidakkah itu mencemari kearifan lokal budaya Indonesia?

Indonesia membutuhkan aparat yang berani tegas bukan saja menyikapi aktivis Islam. Tapi juga kepada aktivis liberal yang meneror budaya Indonesia dengan budaya asing yang destruktif.

Bagi seorang Pancasilais sejati, tentu berpendapat bahwa Adri Priyanto berhak dinaikkan pangkatnya. Naik pangkat agar bisa mengambil kebijakan tegas di level yang tinggi. Jangan berikan ruang sedikit pun di bumi pertiwi ini kepada perusak budaya dan agama. Bila perlu, bubarkan Detasemen Khusus (Densus) 88 yang sering kali melakukan penangkapan terhadap para aktivis Islam.


*Penulis adalah Penggiat Kajian Pemikiran SINAI (Studi Informasi Alam Islmi) Cairo. 

0 comments:

Post a Comment